BERLIN, iNews.id – Sekjen NATO Mark Rutte mengungkapkan kekhawatiran serius terkait kolaborasi strategis antara China dan Rusia yang berpotensi mengancam stabilitas global. Dia menegaskan, sebelum melancarkan agresi terhadap Taiwan, Presiden China Xi Jinping kemungkinan besar akan berkoordinasi terlebih dulu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menciptakan gangguan di Eropa.
Pernyataan itu disampaikan Rutte dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz di Berlin, Rabu(9/7/2025), sebagaimana dilansir Anadolu.
Dia menyebut ancaman yang datang dari poros Beijing-Moskow kini bukan lagi sekadar dugaan, melainkan berdasarkan analisis dan informasi intelijen yang kuat.
“Xi Jinping, presiden China, sebelum menyerang Taiwan, dia terlebih dulu akan menghubungi Moskow untuk meminta Putin agar kita tetap sibuk di wilayah Eropa ini,” kata Rutte.
China Siapkan Armada, Rusia Siaga
Rutte menjelaskan China tengah membangun kekuatan militernya secara masif, bahkan kini memiliki lebih banyak kapal perang dibandingkan Amerika Serikat. Dia menambahkan pada 2030, China diperkirakan memiliki tambahan 100 kapal perang dan 1.000 hulu ledak nuklir aktif.
“Ini bukan untuk parade di Beijing. Ini untuk digunakan,” ujarnya.
NATO juga menyoroti meningkatnya risiko invasi China terhadap Taiwan. Berdasarkan informasi dari berbagai diskusi internal dan sumber intelijen, kemungkinan tersebut kini lebih tinggi daripada sebelumnya.
“Asumsi kami, berdasarkan banyak diskusi dan sumber kami, risikonya semakin meningkat,” ujar Rutte.