“Dia tidak menolak karena pengecut. Dia menolak karena ia merasa tidak bisa lagi berkontribusi pada sesuatu yang ia anggap salah,” kata seorang rekannya yang menolak disebutkan namanya.
Pemerintah Israel belum memberikan komentar resmi soal meningkatnya jumlah penolakan. Namun, analis militer mulai memperingatkan bahwa gelombang penolakan, jika terus tumbuh, dapat merusak disiplin dan moral pasukan cadangan yang menjadi tulang punggung operasi darurat militer.
“Kalau dulu penolakan semacam ini dianggap insiden langka, sekarang ini bisa menjadi gerakan,” ujar seorang analis politik kepada surat kabar Haaretz.