Duterte menggambarkan Rappler, media yang dipimpin Ressa, sebagai penebar berita palsu serta corong Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA).
Sementara itu penghargaan Nobel Perdamaian mendapat pujian luas warga Filipina. Sementara para kritikus menilai pengharagaan itu sebagai pukulan terhadap yang sering mengkritik Rappler.
Ini merupakan Hadiah Nobel Perdamaian pertama bagi jurnalis setelah Carl von Ossietzky dari Jerman yang memenangkannya pada 1935.