JAKARTA, iNews.id - Chris Kyle, sosok American sniper, menarik ditelisik. Dia merupakan sniper atau penembak runduk pasukan elite Navy SEAL Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) yang ditakuti.
Bernama lengkap Christopher Scott Kyle, dia juga memiliki beberapa julukan, seperti The Legend, Tex, dan Devil of Ramadi. Kisah hidup Kyle sempat dituangkan dalam film American Sniper pada 2014. Film yang dibintangi Bradley Cooper ini berhasil mendapatkan rating 7,3 di IMDb. Terlebih, American Sniper menarik perhatian banyak pecinta film dan menuai pujian.
Kyle lahir di Texas pada 8 April 1974 dan mulai bertugas di Navy SEAL AS pada 1999 hingga 2009 dan ditugaskan di Irak. Melalui bukunya berjudul sama dengan fil, Kyle mengklaim telah membunuh 160 orang dengan senapannya sehingga dijuluki penembak jitu terbaik AS. Departemen Pertahanan jumlah orang yang dibunuh Kyle 2 kali lipat daripada angka di buku.
Sejak kecil Kyle sudah punya hobi menembak bersama ayah dan kakaknya. Kyle memutuskan untuk keluar dari bangku pendidikan dan bergabung dengan Navy SEAL di usia 24 tahun. Dia mulai bertugas di Irak pada 2003 dan tiba pertama kali di Semenanjung Al Faw untuk kemudian ke Baghdad.
Dalam tugas dia ditempatkan di atap bangunan untuk melindungi pasukan Marinir saat sedang bertugas. Tujuannya, agar mereka tidak terkena serangan lawan.
Kyle pertama kali membunuh pemberontak saat mengawasi iring-iringan Marinir di Kota Nasiriya. Saat itu, Kyle mengintai dari atas bangunan yang direbut oleh Navy SEAL dari tangan pemberontak. Sekitar 50 meter dari jarak konvoi, Kyle melihat seorang perempuan bersama anaknya keluar dari pintu kecil. Ketika sang perempuan sudah sangat dekat dengan konvoi, Kyle menyaksikan dia mengeluarkan granat dari jubah.
Melihat hal itu, dia memberi tanda untuk untuk melepas tembakan. Meskipun agak ragu, Kyle tetap menjalankan aksinya itu. Tubuh perempuan tersungkur bersamaan dengan meledaknya granat.
Setelah pembunuhan itu, Kyle masih terus bertugas di Irak dan ditempatkan di beberapa kota, seperti Fallujah pada 2004, Ramadi 2006, dan Baghdad 2008. Pertempuran-pertempuran yang dia kuti terasa semakin sengit dan sulit. Para pemberontak bukan lagi membawa granat, melainkan peluncur roket.