Secara platform, MiG-31 merupakan pesawat yang dirancang sebagai interceptor dan bisa menggendong sejumlah misil dan munisi udara ke permukaan.
Dua aspek yang relevan:
• Kinzhal (Kh-47M2): Versi lain dari kombinasi pesawat-rudal yang dipublikasikan Rusia menunjukkan MiG-31 (varian tertentu) bisa meluncurkan rudal hipersonik Kh-47M2 “Kinzhal” yang menurut laporan resmi Rusia bisa membawa muatan nuklir maupun konvensional.
Artinya, jika sebuah MiG-31 dipasangi varian peluncur yang kompatibel, secara teknis bisa menjadi platform pengantar untuk rudak yang memiliki opsi hulu ledak nuklir.
• R-37M/Rudal udara ke udara: Beberapa literatur teknis mengungkap beberapa varian rudal jarak jauh Rusia seperti R-37M dirancang dengan hulu ledak fragmentation/HE untuk misi udara ke udara. Namun, penggunaan hulu ledak nuklir pada rudal udara ke udara bukan praktik umum modern karena konsekuensi luas dan politik yang besar.
Singkatnya, MiG-31 bukan pesawat pengebom nuklir tradisional, melainkan platform yang dapat difungsikan sebagai pengangkut/peluncur bagi beberapa jenis rudal yang, menurut materi publik Rusia, memiliki opsi muatan nuklir.
Masuknya MiG-31 ke wilayah udara Estonia memicu alarm keamanan karena MiG-31 adalah pesawat berkecepatan tinggi dan berjangkaun besar yang bisa menimbulkan ancaman persepsi (perceived threat), terutama jika terbang tanpa transponder dan komunikasi.
Selain implikasi militer, aksi seperti itu memiliki dampak diplomatik dan dapat mendorong langkah-langkah de-eskalasi atau pertemuan NATO.