JAKARTA, iNews.id - Suku leher panjang atau Suku Karen identik dengan tumpukan cincin yang dipasang di leher. Menariknya, cincin pada leher para perempuan hanya boleh dilepas tiga kali seumur hidup.
Suku Karen mendiami pedalaman Thailand dengan populasi mencapai 28.000 jiwa. Suku Karen mempunyai sejarah cukup panjang. Dalam makalah berjudul ‘Pesona Budaya Karen di Thailand’, suku ini sebenarnya bukanlah penduduk asli Thailand. Nenek moyang mereka melakukan perjalanan melintasi sungai pasir yang mengalir. Banyak pihak beranggapan, tempat yang dimaksud adalah Gurun Gobi. Mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani.
Suku ini memiliki tradisi unik dengan memanjangkan leher. Alat yang digunakan untuk membuat leher mereka panjang adalah tumpukan cincin berbahan dasar kuningan.
Selain di leher, tumpukan cincin kuning itu juga dipasang di kaki. Masyarakat Suku Karen percaya, semakin panjang leher mereka akan terlihat lebih cantik. Selain itu ada kepercayaan turun-temurun bahwa perempuan Suku Karen berasal dari burung Phoenix.
Masyarakat Karen juga percaya bahwa cincin-cincin itu bisa menghindarkan mereka dari serangan binatang buas. Menelusuri sejarahnya, Suku Karen pernah hidup berpindah-pindah. Hal itu membuka peluang mereka bertemu binatang buas selama pengembaraannya.
Biasanya cincin dipasang pada leher perempuan Karen mulai usia 5 tahun. Diawali dengan 2 hingga 3 tumpuk, jumlah itu bisa bertambah satu setiap 2 hingga 3 tahun sampai usia 19 tahun. Setelah itu, cincin yang tadinya berupa kawat kuningan diganti dengan gelang besi.