Dalam beberapa pekan terakhir, pesawat Amerika Serikat kerap terlihat di dekat wilayah China. Pekan lalu, sebuah pesawat pengintai RC-135 AS dan dua pesawat pengintai EP-3E mendekati pantai China selama tiga hari berturut-turut.
Manuver armada militer AS di area Laut China Selatan semakin intensif sejak hubungan dua negara memanas. Dilansir South China Morning Post, Selasa (14/7/2020), Washington sengaja menyiagakan armada perangnya di Laut China Selatan sebagai upaya antisipasi potensi ancaman China terhadap negara-negara sekutu di Indo-Pasifik.
Sementara itu, Komando Strategis Selatan China dalam dokumennya menulis Amerika Serikat berusaha mengeksploitasi ketegangan China dengan Taiwan sebagai upaya memperluas pengaruh di timur jauh selain kepentingan di Korea Selatan dan Jepang.
Belum lama ini, AS melakukan latihan perang yang melibatkan dua kapal induk, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan, di Laut China Selatan. Amerika berdalih latihan perang tersebut guna menjaga stabilitas di Laut China Selatan yang merupakan perairan internasional.
Washington mengklaim China berusaha "mendominasi" di area tersebut dengan membangun fasilitas militer serta mengerahkan angkatan lautnya mendekati wilayah negara-negara Asia Tenggara.
Sebelumnya, para pemimpin Asia Tenggara menyatakan menentang klaim Beijing atas Laut China Selatan dengan alasan historis. Padahal Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Taiwan masing-masing masih memiliki kepentingan di perairan tersebut.
Berbeda dengan klaim Amerika, China justru menyebut situasi di Laut China Selatan stabil. Beijing menuding AS bertujuan membangkitkan masalah antara China dan negara-negara di Asia Tenggara.