Sementara, di negara-negara demokrasi Barat lainnya, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, tidak ada kejelasan jaminan seperti yang disampaikan Kanada.
Pada Senin (16/8/2021), atau sehari setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban, Presiden AS Joe Biden menulis memo yang isinya perintah untuk memberikan dana 500 juta dolar AS untuk para pengungsi Afghanistan. Dana itu mencakup kebutuhan mendesak tak terduga, serta kebutuhan selama proses migrasi para pengungsi, korban konflik, dan orang lain yang berisiko dalam konflik di Afghanistan.
Pada Selasa (17/8/2021), Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan kepada wartawan bahwa Washington DC akan menjamin keselamatan warga Afghanistan yang rentan, tapi tanpa memerinci siapa saja. Saat ditanya apakah jaminan itu juga mencakup para LGBT Afghanistan, Deplu AS menolak berkomentar.
Adapun Inggris, menyatakan akan menyambut hingga 5.000 warga Afghanistan di bawah program pemukiman kembali pada tahun pertama. Dalam program tersebut, London akan memprioritaskan kaum perempuan, anak perempuan, dan kelompok minoritas. Namun, LGBT Afghanistan tidak disebutkan dalam komitmen tersebut. Saat ditanya soal itu, Pemerintah Inggris tidak menanggapi permintaan komentar dari wartawan.
Lain halnya dengan Turki. Negara itu tidak mau menjadi tempat penampungan pengungsi Afghanistan. Turki malah memperkuat tembok perbatasannya dengan Iran, yang bertetangga dengan Afghanistan. Ankara secara tegas mengatakan, langka itu untuk mencegah masuknya migran dari Afghanistan.