“Kami hancur, kami hancur. Ya Tuhan... Mereka berseru. Mereka berkata, ‘Selamatkan kami’ tapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Bagaimana kami akan menyelamatkan mereka? Tidak ada orang (yang menolong) sejak pagi,” ujarnya.
Sejumlah keluarga tampak tidur di mobil yang berbaris di jalanan.
Seorang perempuan bernama Ayla, berdiri di dekat tumpukan puing tempat bangunan delapan lantai yang dua hari lalu masih berdiri kokoh. Dia mengatakan, dia pergi ke Provinsi Hatay dari Gaziantep pada Senin untuk mencari ibunya. Lima atau enam petugas penyelamat dari Dinas Pemadam Kebakaran Istanbul tampak bekerja di reruntuhan itu.
“Belum ada yang selamat. Seekor anjing jalanan datang dan menggonggong di titik tertentu dalam waktu lama, saya khawatir (dia menggonggong) itu untuk ibu saya. Tapi ternyata itu orang lain,” katanya.
“Saya menyalakan lampu mobil untuk membantu tim penyelamat. Sejauh ini mereka hanya mengeluarkan dua mayat, tidak ada yang selamat,” tutur perempuan itu lagi.
Di Kahramanmaras, sebelah utara Antakya, para keluarga berkumpul di sekitar api unggun sambil membungkus diri dengan selimut agar tetap hangat.
“Kami hampir tidak bisa keluar rumah,” kata seorang ayah bernama Neset Guler, yang berkerumun dengan keempat anaknya.
“Situasi kami adalah bencana. Kami lapar, kami haus. Menyedihkan,” ujarnya.