"Presiden tidak ingin memperdalam konflik dan menghindari potensi jatuhnya korban jiwa yang besar," kata salah satu pejabat yang terlibat dalam perencanaan.
Trump, meski dikenal memiliki sikap keras terhadap Iran, memilih untuk menahan diri dan tidak mengizinkan serangan susulan yang lebih besar. Langkah ini dianggap mengejutkan oleh sebagian kalangan militer dan politik yang mengharapkan tekanan maksimal terhadap program nuklir Iran.
Dalam serangan pada 22 Juni lalu, pesawat B-2 Spirit menjatuhkan 14 bom penghancur bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) ke Fordow dan Natanz, sementara puluhan rudal Tomahawk ditembakkan ke fasilitas Isfahan dari kapal selam AS di wilayah Teluk.