TEHERAN, iNews.id - Iran menanggapi ancaman dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat yang akan datang Donald Trump. Sebelumnya tim Trump tengah menyiapkan rencana untuk memberikan tekanan maksimum terhadap Iran sehingga mau menyepakati perjanjian nuklir yang baru.
Asisten Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik Majid Takht Ravanchi mengatakan kepada surat kabar Inggris Financial Times, negaranya terbuka untuk negosiasi dengan pemerintahan Trump. Meski demikian, dia menegaskan Iran tidak akan gentar menghadapi kampanye tekanan maksimum AS.
Ravanchi menegaskan, Iran siap merespons tekanan maksimum AS dengan perlawanan yang maksimum pula.
Financial Times sebelumnya melaporkan, tim pemerintahan Trump sedang menyiapkan tekanan maksimum untuk menyerang perekonomian Iran yakni mengincar ekspor minyak.
Dengan tekanan itu diharapkan kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, mendanai kelompok-kelompok proksinya di Timur Tengah, serta memberikan pengaruh terhadap politik di kawasan, akan terbatas.
Tujuan dari tekanan maksimum itu adalah memaksa Iran menandatangani kesepakatan nuklir yang baru, menggantikan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). JCPOA dibuat untuk mengontrol program nuklir Iran.
Pada periode pertama jabatannya sebagai presiden atau 2018, Trump membawa AS keluar dari kesepakatan JCPOA. Alasannya, kesepakatan yang diteken oleh negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman dan Uni Eropa pada 2015 itu tak relevan lagi sehingga harus diperbarui.