Trump menggambarkan tarifnya sebagai upaya keras untuk mengatur ulang hubungan dagang Amerika, yang menurutnya telah mengakibatkan AS "dijarah dan dirampok oleh negara-negara di dekat dan jauh, baik kawan maupun lawan." Meskipun tarif yang diberlakukan AS di masa lalu telah memberikan hasil yang buruk bagi ekonomi Amerika, Trump bersikeras tarif impor yang luas akan menarik perusahaan untuk membawa pekerjaan manufaktur kembali ke negaranya.
Trump juga menyebut hari saat dia mengumumkan perang tarif itu pada Rabu kemarin sebagai "Hari Pembebasan" dengan menggelar perayaan di Rose Garden, tempatnya memaparkan kebijakannya. Namun, janji Trump gagal meredakan kekhawatiran di Wall Street yang anjlok, segera setelah pengumuman tersebut.
Pada hari Kamis 3 April 2025 saja, Dow Jones Industrial Average anjlok 1.700 poin. Saham AS secara keseluruhan mengalami hari terburuk sejak Maret 2020, pada hari-hari awal pandemi Covid-19.
Dilansir dari The Guardian, meski menegaskan tak akan mundur dengan tarif besar-besaran itu, dalam beberapa jam kemudian, Trump mengindikasikan kesiapannya untuk bernegosiaasi dengan sejumlah negara, salah satunya Vietnam.
"Baru saja melakukan panggilan telepon yang sangat produktif dengan To Lam, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, yang memberi tahu saya bahwa Vietnam ingin memangkas tarif mereka hingga nol jika mereka dapat membuat kesepakatan dengan AS," tulis Trump di Truth Social. Dia mengatakan, menantikan pertemuan dengan Vietnam dalam waktu dekat.