Turki memiliki pasukan lokal di Suriah yang memberontak terhadap rezim Assad. Mereka menjaga 12 pos keamanan di Idlib yang didirikan berdasarkan kesepakatan tahun 2018 dengan Rusia dalam upaya mencegah serangan pasukan Assad.
Namun kesepakatan itu tak dihormati Assad yang terus melancarkan serangan dengan alasan untuk merebut kota yang menjadi benteng terakhir kelompok pemberontak.
Dengan tewasnya 22 tentara ini, maka Turki telah kehilangan 42 prajurit di Idlib sepanjang Februari 2020.
Sementara itu pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO Jens Stoltenberg mengutuk serangan udara rezim Assad dan Rusia.
"Stoltenberg mengutuk serangan udara terus-menerus tanpa pandang bulu oleh rezim Suriah dan sekurunya Rusia di Provinsi Idlib, dan mendesak mereka menghentikan serangan untuk menghormati hukum internasional dan untuk mendukung upaya PBB dalam mencari solusi damai," kata Stoltenberg, saat berbincang dengan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.
Dia mendesak semua pihak menahan diri untuk menghindari semakin parahnya situasi yang sudah memburuk dan mengerikan ini.