"Tidak ada vaksin yang saat ini disertifikasi di Ukraina. Saya yakin tidak ada orang rasional akan divaksinasi menggunakan obat yang tidak diketahui asalnya," kata Shmygal, dalam pernyataan melalui aplikasi pesan singkat Telegram, seperti dikutip Reuters, Rabu (6/1/2021).
Dia menambahkan, vaksinasi menggunakan produk Sinovac kemungkinan baru akan dimulai pada Februari.
Ukraina juga berharap akan mendapat kiriman gelombang pertama dari total 8 juta dosis vaksin di bawah program Covax yang dipimpin WHO.
Sebuah perusahaan farmasi Ukraina yang didukung tokoh oposisi pro-Rusia pekan ini telah mengajukan persetujuan dari pemerintah untuk mendatangkan vaksin Sputnik V.
Kasus infeksi virus corona di Ukraina meningkat kembali sejak September dan terus konsisten sejak saat itu, memicu penerapan lockdown nasional.
Senat Filipina juga menyelidiki vaksinasi ilegal terhadap anggota pasukan pengaman presiden atau Presidential Security Group (PSG). Vaksinasi yang menggunakan produk China, Sinopharm, itu belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA).
Saat Presiden Rodrigo Duterte mengumumkannya pada 26 Desember, FDA belum menyetujui penggunaan satu vaksin pun di Filipina sehingga vaksinasi terhadap personel PSG dianggap ilegal.