“Unit pengawas lingkungan menggelar pertemuan warga dan mengeluarkan perintah dari partai (Komunis) untuk menjemur kotoran manusia dan menyumbangkannya,” kata seorang warga Korut yang tak menyebutkan identitasnya, kepada RFA.
Warga yang sudah mengumpulkan tinja sesuai perintah mengirimnya ke pabrik pupuk terdekat kemudian akan mendapat sertifikat.
Sementara warga yang izin tak bisa memenuhi perintah harus membayar 5.000 won Korut atau sekitar Rp123.000, jumlah yang sangat besar bagi warga biasa.
Kecurigaan timbul kotoran manusia tersebut tak hanya digunakan untuk pertanian, melainkan menyerang negara tetangganya, Korea Selatan. Sebulan terakhir, Korut mengirim lebih dari 2.000 balon ke Korsel berisi sampah dan kotoran.
Serangan tersebut sebagai pembalasan terhadap para pembelot Korut yang bekerja sama dengan aktivis Korsel atas pengiriman balon berisi selebaran propaganda anti-Pyongyang. Mereka juga mengirim uang, makanan, serta USB berisi film-film dan lagu K-pop.
Korut mengalami krisis pangan akut dalam beberapa dekade terakhir, termasuk kelaparan pada 1990-an. Pemicu utama kelangkaan pangan gagal tanam yang disebabkan bencana alam.
Hasil panen tahunan Korut diperkirakan meningkat pada 2023 atau setelah pandemi Covid-19, karena kondisi cuaca yang mendukung. Namun hasil panen masih jauh di bawah kebutuhan untuk mengatasi kekurangan pangan.