BEIJING, iNews.id – China mengumumkan rencana untuk memberikan otonomi lebih banyak kepada Kota Shenzhen. Langkah tersebut sebagai upaya Beijing untuk meningkatkan profil kawasan itu sebagai pusat teknologi dan keuangan di tengah ketegangan dengan AS.
Bloomberg melansir, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) menerbitkan draf reformasi untuk Shenzhen. Reformasi itu mencakup langkah-langkah untuk pasar keuangan; perlindungan kekayaan intelektual (IP); undang-undang ekonomi, dan; daya tarik bakat untuk tenaga kerja.
Menurut China News Service, mantan Wakil Direktur NDRC, Peng Sen mengatakan, kebijakan pendukung untuk Shenzhen tersebut lebih banyak dari yang diberikan Beijing kepada zona perdagangan bebas di Provinsi Hainan—sebuah pulau di China bagian selatan.
Shenzhen adalah rumah bagi beberapa raksasa teknologi terkemuka China, termasuk Huawei Technologies dan Tencent Holdings. Kota itu juga menjadi bagian penting dari rencana Beijing untuk mendorong integrasi ekonomi dengan Hong Kong dan Makau ke dalam desain “Greater Bay Area”. Pada gilirannya, kawasan itu akhirnya bisa menyaingi Tokyo Bay di Jepang atau Silicon Valley di AS.
Dalam pidato memperingati 40 tahun berdirinya Zona Ekonomi Khusus Shenzhen, Rabu (14/10/2020) lalu, Presiden China Xi Jinping mengatakan, kota itu juga harus diberikan lebih banyak otonomi untuk mewujudkan reformasi. “Kepentingan investor asing harus lebih diperhatikan,” ungkap Xi Jin Ping kala itu.
Berikut beberapa langkah reformasi yang dilakukan China untuk memberikan otonomi lebih luas kepada Shenzhen:
- Shenzhen akan memulai indeks saham berjangka;
- Perusahaan-perusahan inovatif dapat mengadakan penawaran umum perdana saham alias IPO di Bursa Efek Shenzhen dengan tanda terima penyimpanan;