Tidak hanya itu, karakteristik anak kala itu, tak bisa diduga. "Misalnya, jika anak-anak hapal bacaan imamnya, maka beramai-ramai ikut melafalkan dengan lantang. Seakan mau mengambarkan pada semua bahwa mereka juga hapal," jelasnya.
"Imamnya kolektif. Anak-anak memang unik: posisi makmum tapi semangatnya imam," tutur Anies.
Anies menambahkan, jika berbicara anak-anak, tentu lekat dengan suara celotehan, khususnya pada saat imam mengumandangkan surat pendek saat menggelar tarawih.
"Jika Imam memilih bacaan dari ayat-ayat yang anak-anak tak kenal, maka tiada lagi suara anak yang mengikuti bacaan imam. Barulah Tarawih jadi tenang," pungkasnya.
Anies bersyukur, Ramadan kali ini, tempat-tempat peribadatan bagi umat muslim sudah kembali hidup. Dia pun berharap, di bulan yang penuh berkah ini, masyarakat diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
"Sekali lagi, selamat puasa. InsyaAllah Ramadan ini membawa kita meraih derajat muttaqin," tutup Anies.