Tahap kedua, pembangunannya masih dilakukan di bawah pengawasan panitia Monas tetapi biaya pembangunan bersumber dari anggaran pemerintah pusat Sekretariat Negara. Pada tahap ini, pembangunan sempat mengalami hambatan karena terbatasnya biaya.
Tahapan ketiga, pengerjaan berada di bawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional. Biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).
Saat ini, menara dengan puncak seperti lidah api setinggi 132 meter itu menjadi salah satu tempat favorit yang murah meriah bagi warga.
Di Monas, pengunjung bisa melihat Relief Sejarah Indonesia di sekeliling monumen. Relief menggambarkan sejarah Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat, hingga masa pembangunan modern.