Karena itu, Safruhan menganggap, tudingan sopir angkot terkait penutupan Jalan Jati Baru berimbas pada menurunnya omzet salah sasaran. Pasalnya, penyebab penumpang angkot sepi karena banyak beralih ke ojek online. Bahkan, kata dia, angkot justru dibantu dengan kebijakan integrasi transportasi karena mendapat limpahan penumpang.
“Logikanya ketika diatur dishub, dan organda juga sudah mengatur keuntungan pengemudi. Kerugian yang dirasa oleh pengusaha dan pengemudi adalah waktu, uang, bahan bakar, dan energi,” tuturnya.
Pemprov DKI terus mengkaji kebijakan penutupan Jalan Jati Baru. Organda bersama Dinas Perhubungan DKI melaporkan hasil kajian kepada Wakil Gubernur Sandiaga Uno di Balai Kota.
Kepala Dinas Perhubungan Andri Yansah mengatakan, dishub bersama organda sudah menemukan solusi untuk meningkatkan pendapatan sopir dengan merancang rute baru terintegrasi.
“Kita ke benang merah persoalan, kita melakukan re-routing. Kita menunggu nyata dari organda dan operator. Sehingga opertor merasa diikutsertakan,” kata Andri.
Sejalan dengan perubahan rute, pemprov mengajak sopir angkot trayek Tanah Abang ikut program One Karcis One Trip (OK OTrip) agar terintegrasi dengan transportrasi lain. Apabila sopir angkot bersedia bergabung, mereka bisa mendapatkan penghasilan Rp3,6 juta per bulan atau setara upah minimum provinsi (UMP) selama 8 jam kerja. Selain itu, ada fasilitas jaminan kesehatan dari BPJS.
Agar trayek di Tanah Abang diikutkan OK OTrip. Keluhan para sopir karena Jakarta explore sudah terjawab. Minggu depan sudah ada trayek. Baru kita duduk bareng menentukan rupiah per kilo meter,” ujar Andri.