Dia menerangkan, warga merasa resah dengan keberadaan bar tersebut. Selain itu, kerap terjadi keributan antarpengunjung di bar tersebut hingga membuat warga terganggu.
"Waktu kejadian (pembubaran), itu laki-laki semua, rata-rata (usia pengunjung) 20 tahun lebih. Tak ada yang ditahan (oleh polisi), karena mereka membubarkan saja dengan kesadaran mereka saat diprotes warga. Kondusif juga, tak ada kekerasan. Lalu, paginya di tanggal 1 itu muncul pernyataan pemilik menutup tempat itu," kata Rasyid.
Warga tak melaporkan soal dugaan prostitusi hingga pesta LGBT ke polisi lantaran telah dimediasi oleh pihak kecamatan. Pemilik bar pun sepakat menutup operasional secara permanen.