Setahun setelah pembangunan kanal selesai, van Breen diangkat menjadi anggota dewan kota mengawasi pembangunan pintu air oleh Departement Waterstaat (Kementerian PUPR-nya Hindia Belanda) tahun 1920 dan selesai 1922.
“Konsepnya sederhana, menahan air tak masuk ke Weltevreden karena kawasan elite dan pusat pemerintahan Hindia Belanda. Maka diperlukan pembuangan melalui kanal,” kata Chandrian.
Lewat Pintu Air Manggarai, aliran air dapat dikendalikan. Air dari Banjir Kanal Timur dapat terbagi menuju BKB atau Kali Ciliwung Lama. Peran petugas operator pintu menjadi sentral karena salah buang dan tak cermat Jakarta bisa banjir.
Berkontribusi terhadap penanggulangan banjir Jakarta, sebuah prasasti berukuran 60x40 meter berbahasa Belanda dibangun di pintu air utara dibuat menghormati van Breen.
Kini diumurnya yang mendekati satu abad, Pintu air Manggarai masih memiliki peran penting. Tanpanya, banjir di tahun 1930, 1942, 1976, 2004, 2007 hingga 2019 di Jakarta bisa lebih buruk dan lama.
Untuk mengatasi manajemen air di sana, Pemprov DKI terus melakukan terobosan. Selain penyekatan sampah sebelum masuk Manggarai, DKI selalu menyiagakan sejumlah alat berat di bibir kali.
“Fungsinya agar aliran air tetap lancar,” kata Plt Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji.
Pihaknya selalu concern terhadap masalah sampah di Manggarai. Tanpa alat berat, pengangkutan sampah bisa dilakukan hingga berhari-hari, bahkan 1-2 minggu. Setelah penyekatan sampah di Manggarai berkurang, pengangkutan sampah di pintu air Manggarai hanya sekitar enam jam.