Meski demikan, masih ada teman-teman tunanetra yang takut menempuh pendidikan umum mengingat banyaknya kendala pada akses pembelajaran bagi para disabilitas. Ketakutan tersebut akhirnya terbantah dengan keberhasilan Radit yang mampu membuktikan bahwa penyandang disabilitas dapat bersaing dan berprestasi.
Keberhasilannya membangkitkan rasa haru sekaligus rasa bangga sang ibunda yang turut mendampingi saat prosesi wisuda. Ibu Nira, sapaan akrabnya, bercerita tentang bagaimana perjuangan anaknya dalam menempuh pendidikan formal.
“Banyak sekali perjuangan yang ditempuh hingga ada di titik ini. Dari dia yang tidak bisa sampai dia berusaha. Saya selalu mengatakan, kamu bisa saya bahagia, dia mau berusaha," katanya.
Menurut Nira, Radit sangat menyukai mata pelajaran Matematika dan Fisika. Namun, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), mimpinya terhenti.
Kondisi fisik menghalanginya untuk menempuh pendidikan di bidang sains dan teknologi. Meski begitu, Radit tak patah arang. Dia tetap memaksimalkan nilai-nilai mata pelajaran sosial, sehingga dapat masuk UI melalui SNMPTN jalur undangan.