JAKARTA, iNews.id - Kalijodo, kawasan yang terletak di Angke, Jakarta Barat, memiliki sejarah panjang sebagai wilayah yang pernah terkenal dengan perjudian, pelacuran, hingga tempat hiburan ilegal. Namun, nama Kalijodo sebenarnya bukan berasal dari suatu daerah tertentu.
Dalam novel "Ca-Bau-Kan" yang ditulis oleh Remy Sylado, istilah Kalijodo bermula dari adanya pedagang keturunan China yang datang ke bantaran Kali Angke untuk melakukan tradisi Peh Coen, yaitu bernyanyi dan berpantun di atas perahu-perahu yang telah dihiasi.
Pada tradisi ini, perahu-perahu yang dihiasi tersebut akan diisi oleh laki-laki dan perempuan secara terpisah. Jika kemudian laki-laki dan perempuan yang berada dalam perahu berbeda tersebut saling tertarik, mereka akan saling melemparkan sebuah kue yang terbuat dari terigu dan kacang yang dilapisi daun bernama Bak Cang.
Dalam versi lain, Kalijodo berawal dari masyarakat berlatar etnis China yang melarikan diri dari Manchuria. Saat melarikan diri ke Batavia, mereka tidak membawa istri, sehingga mereka akhirnya mencari gundik atau selir pengganti istri di Batavia. Dalam proses mencari selir, mereka kerap bertemu di kawasan bantaran sungai, lalu tempat itu dinamakan Kalijodo.
Zaenuddin HM dalam bukunya "212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe" juga menyebutkan bahwa dalam sejarahnya, kawasan Kalijodo pernah menjadi tempat pesta Peh Coen untuk memperingati hari ke-100 Imlek atau Tahun Baru China.