"Ada hal-hal yang berlebihan, dalam artian bahwa di luar pelatih resmi dari TNI maupun Polri, jadi ada beberapa oknum purna-paskibra, senior-seniornya mantan paskibra, yang memberikan tambahan-tambahan pekerjaan, seperti mengisi diari tiap hari, kemudian adanya push-up dengan tangan terkepal bagi wanita yang sebenarnya sudah enggak boleh dilakukan, squat jump. Hal-hal ini yang mungkin menambah pressure psikologis anak," tuturnya.
Pihak keluarga berharap ada perubahan SOP dalam pelatihan calon paskibra. Seperti mengubah olah fisik yang ekstrem serta tugas-tugas lain. Dengan begitu, tidak ada lagi jatuhnya korban yang disebabkan beratnya beban fisik dan psikologis.
"Kami sudah klarifikasi dengan kepolisian. Harapan kami tidak ingin ada imbas lain karena meninggalnya anak saya mengakibatkan sanksi hukum orang lain, karena menurut saya, sudah cukup anak saya menjadi korban," ujar Farid.