Untuk melawan rasa bosan, Philimon kerap berolahraga keliling UI di sore hari, atau bermain futsal bersama keluarganya di Asrama UI.
"Ya, saya menyebut semua penghuni di asrama ini adalah keluarga saya, baik itu para mahasiswa, maupun pengelola asrama. Saya merasa asrama ini adalah second home saya, ada bapak saya juga di asrama ini, yaitu Kepala Asrama UI," katanya.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia memberi satu sisi positif baginya, karena bisa merasakan momen kekeluargaan di sini. Setiap harinya, makanan selalu disiapkan oleh pengelola Asrama UI. Pagi, siang, malam, kata Philimon, semua sudah tersaji dan terkadang, para penghuni asrama suka membahas bersama-sama, makanan apalagi yang harus dimasak.
"Kami pernah masak daun pepaya, saya kaget, pahit sekali. Lalu pernah juga kami memasak daun singkong, sayur asem, sambal. Meskipun makanan sudah disiapkan oleh pengelola Asrama UI, tetapi tidak ada tambahan biaya yang dibebankan kepada kami selain iuran bulanan," ujarnya.
Semenjak perkuliahan tatap muka ditiadakan, Philimon dan teman-temannya juga kerap memperoleh banyak dukungan dari orang-orang baik hati, yang bahkan tidak dia kenali. Dia menuturkan banyak donatur yang datang memberikan makanan.