Sayangnya, korban tidak mendapatkan lingkungan yang suportif. Beberapa kali dia mencoba melaporkan kejadian itu tetapi lingkungannya justru menampik kejadian yang dialaminya.
"Yang direspons itu malah cuman dibilang mungkin hanya mimpi. Saya juga malah mendapatkan ancaman dari ayah tiri saya (pelaku), saya langsung ditunjuk-tunjuk, dia (pelaku) masang muka marah," kata korban.
Puncaknya pada Januari 2025 lalu, dia mendesak ibunya untuk membantu membuat aduan dan membantu dirinya. Masih juga tidak mendapatkan dukungan, korban akhirnya memilih melarikan diri.
"Karena saya sudah muak akhirnya saya memilih melarikan diri dari unit (rusun) saya, saya berteriak-teriak, banyak yang menyaksikan," ujar SR.
SR akhirnya memilih tinggal bersama lingkungan yang mendukungnya, termasuk bersama seorang pendamping. Dia mendapatkan pemulihan psikologis hingga akhirnya resmi melapor pada Maret 2025 ke Polres Metro Jakarta Timur.