Sandi mengakui, cukup sulit mencari lahan di Jakarta untuk pembangunan rumah tapak. Karena itu, opsi terbaik untuk memaksimalkan program hunian khusus masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ini harus berkonsep vertikal. “Sekarang kami genjot lokasi dan pengembang mana saja yang mau bekerja sama dengan kami,” ucapnya.
Dia menyarankan, jika pembangunan rumah tapak di Rorotan nanti terealisasi, Sandi ingin pemasarannya bersifat evidence base marketing. Artinya, harus ada bukti produk benar-benar nyata. Misalnya, ada rumah contoh. Tujuannya agar masyarakat DKI Jakarta yang ingin membeli benar-benar tahu bentuk dan kondisi rumah.
“Harus ada show unit, mereka bawa calon pembeli datang melihat fisiknya seperti apa. Dari situ kami harapkan BLUD (Badan Layanan Usaha Daerah) selesai dengan kajian. Setelah persetujuan pemangku kepentingan lain, April kita launching,” kata Sandi.