JAKARTA, iNews.id - Sejarah nama Pulo Gebang di Jakarta Timur (Jaktim) menarik untuk disimak. Apalagi keberadaan Terminal Terpadu Pulo Gebang yang modern dan bak bandara membuat wilayah ini semakin akrab di telinga masyarakat Jakarta, meski letaknya di pinggiran dan berbatasan langsung dengan Bekasi, Jawa Barat.
Seperti diketahui, Pulo Gebang merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Cakung, Jaktim. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kelurahan Ujung Menteng (Cakung) di utara, Kelurahan Penggilingan (Cakung) di barat, Kelurahan Kranji (Bekasi) di timur, dan Kelurahan Pondok Kopi (Duren Sawit) di selatan.
Wilayah ini juga terkenal dengan wilayah Banjir Kanal Timur atau BKT yang biasa digunakan warga untuk bersantai dan berkumpul. Pulo Gebang juga dilewati Kali Cakung.
Dalam buku "212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe" karya Zaenuddin HM, nama Pulo Gebang berasal dari dua kata yaitu Pulo dan Gebang. Pulo berarti daratan, sedangkan Gebang merupakan nama tanaman.
Gebang merupakan jenis pohon palem yang besar dengan nama latin Corypha utan. Pohon ini dapat tumbuh hingga 15-20 meter.
Daun-daunnya besar berbentuk kipas, bulat menjari dengan diameter 2-3,5 meter. Uniknya pohon ini hanya berbunga dan berbuah sekali seumur hidup di akhir hidupnya.
Kumpulan bunga akan muncul di ujung batang setelah semua daun mati dengan ratusan ribu kuntum bunga kuning kehijauan yang berbau harum. Buahnya berbentuk bola bertangkai pendek, hijau, dan diameternya 2-3 meter.
Di berbagai daerah Indonesia, Gebang dikenal juga dengan nama gabang, gawang, ucuk, lontar utan, pocok, ibus, silar, kuala, dan masih banyak lagi. Pohon Gebang memiliki manfaat dari setiap bagian pohonnya.
Daun Gebang dapat dimanfaatkan untuk berbagai olahan mulai dari anyaman yang bagus dan dibuat menjadi topi, tikar, kantong, karung, tali, jala, dan pakaian tradisional. Di berbagai kota di Indonesia, Gebang telah dijadikan sebagai salah satu bahan baku untuk membuat kerajinan tangan.