Namun setelah sesi penyuluhan dan diskusi berlangsung, hasil post-test meningkat drastis: hampir seluruh peserta berhasil menjawab pertanyaan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi literasi digital yang disampaikan dengan metode partisipatif dan ramah usia sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis lansia terhadap informasi yang mereka konsumsi, terutama dari media sosial dan grup percakapan daring.
Lebih dari sekadar kegiatan transfer pengetahuan, program ini juga membangun ruang interaksi sosial yang sehat bagi para peserta. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi bisa menjadi jembatan antar-generasi.
Mahasiswa bisa menjadi fasilitator, bukan pengajar yang menggurui. Dan lansia, ketika diberi ruang dan kepercayaan, mampu membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk terus tumbuh dan belajar. Mereka tidak hanya belajar, tetapi juga saling mendukung dan berbagi pengalaman. Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa literasi digital adalah hak semua usia, dan bahwa melek digital tidak mengenal batas umur.
Dengan pendekatan yang tepat, lansia tidak hanya bisa menjadi pengguna teknologi yang aktif, tetapi juga penjaga kebenaran di lingkup komunitasnya. Karena pada akhirnya, tak ada kata terlambat untuk melek digital.
Artikel ini ditulis Aprilia Intishar, Fadhilah Nur Sabriani Mokoagow, Nurul Fara, Renato Yosia Samosir (Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta).
Artikel Ini Tidak Mewakili Pandangan Redaksi iNews.id