Megawati mengatakan, dari hasil penelitian, pelaku teror tidak berhasil membunuh Bung Karno karena ayahnya itu ketika pulang meninggalkan sekolah dikerubuti anak-anak.
"Dipeluk oleh anak-anak, ya kira-kira seperti Pak Jokowi sekarang ini, sering diminta selfie. Mereka (pelaku) tergugah dan detik-detik itu terlewati. Justru yang kena dan jadi korban teman-teman saya. Kalau tepat waktu, bisa yang kena ayah saya," kata Megawati sedih.
Guntur Soekarno Putra juga punya kesaksian terkait tragedi ledakan granat Peristiwa Cikini 1957 tersebut yang ditulis dalam buku, "Bung Karno: Bapakku, Kawanku, Guruku". Dia menyebutkan, Bung Karno ketika itu datang mengendarai mobil kepresidenan Chrysler Crown Imperial Indonesia 1. Mobil itu hadiah dari Raja Saudi Arabia, lbnu Saud.
Kedatangan Soekarno diiringi konvoi kepresidenan yang terdiri atas sepeda motor polisi lalu lintas, jeep pengawal dari Corps Polisi Militer, jeep pengawal dari Detasemen Kawal Pribadi Presiden dan mobil rombongan lainnya.
"Bapak langsung melihat-lihat stan di bazaar. Aku yang kurang tertarik pada urusan pamer memamer langsung ngacir mencari stan-stan yang berisi permainan ketangkasan," kata Guntur.
Sementara Guntur dikawal petugas bernama Ngatijo. Dia sempat melihat rombongan sang ayah yang bersiap-siap untuk pulang dari atas gedung sekolah. Sambil minum limun, Guntur memandang dari atas. Suara ledakan dahsyat tiba-tiba terdengar.
"Ketika aku sedang menghirup sebotol limun, kudengar derum suara motor dari pengawal. Tak lama kemudian tiba-tiba kudengar ledakan yang cukup dahsyat. Bledeeeerrrr," tulis Guntur yang menyaksikan kejadian itu.
Guntur yang saat itu masih kecil belum tahu dan mengerti mengira, itu suara knalpot motor Harley Davidson yang dikendarai para pengawal Bung Karno.
"Sekilas aku berpikir, ah ini tentunya suara knalpot motor dari kakak-kakak polisi. Maklum waktu itu motor-motor yang digunakan adalah Harley Davidson model "tuek". Tetapi beberapa detik kemudian. Bledeeerr! Bledeeerr! Terdengar 3-4 kali ledakan lagi," kata Guntur.