Madrasah Ibtidaiyah al-Badriyah terdiri atas enam ruang kelas SD dan satu ruang kelas pendidikan anak usia dini (PAUD). Tampilan sekolah itu tampak begitu sederhana. Beberapa bagian bangunannya belum rampung dikerjakan. Hampir semua ruang kelasnya belum terpasangi kaca jendela.
“Di sini tidak ada ruang guru. Kalau guru-guru mau rapat, berkumpulnya ya di rumah saya. Saya tinggal di dekat sini,” kata Kepala MI al-Badriyah, Muhammad Mubarok, kepada wartawan saat dijumpai di lokasi, kemarin.
MI al-Badriyah dikelola oleh Yayasan Pendidikan al-Badriyah. Lokasi lembaga pendidikan itu tidak jauh dari kawasan hunian dan wisata elite yang dikembangkan oleh salah satu raksasa pengembang properti di Indonesia. Sayangnya, kondisi masyarakat sekitar Gunung Geulis masih sangat kontras dengan kemewahan yang ditawarkan oleh pihak pengembang tersebut.
“Di kampung ini masih banyak anak putus sekolah. Kadang selepas SD, mereka tidak bisa lanjut ke SMP,” ungkap Mubarok.
Menurut lelaki itu, kendala geografis menjadi salah satu faktor penyebab anak-anak di Gunung Geulis putus sekolah. Pasalnya, SMP terdekat dari desa itu berjarak sekitar 2-4 km dengan medan yang penuh dengan tanjakan dan turunan curam.
Bagi orang tua yang memiliki sepeda motor, jarak tempuh tersebut mungkin tidak terlalu menjadi masalah. Akan tetapi, bagi mereka yang tidak punya kendaraan, jarak itu cukup memberatkan bagi anak-anak usia sekolah untuk ditempuh setiap hari.
Karena itulah, Mubarok dan para guru di al-Badriyah memiliki cita-cita untuk terus membangun madrasah yang mereka kelola, sehingga kelak dapat melanjutkannya dengan mendirikan sekolah untuk jenjang tsanawiyah atau SMP. “Dengan begitu, kami berharap anak-anak tidak perlu lagi pergi jauh-jauh cari SMP, dan angka putus sekolah di desa ini pun bisa turun secara signifikan,” kata Mubarok.
Dia menuturkan, semua murid di MI al-Badriyah dibebaskan alias digratiskan dari biaya SPP. Sementara untuk menggaji para guru, pihak yayasan mengandalkan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang dikucurkan oleh Kementerian Agama.