Alkisah di sebuah kerajaan ada dua orang ibu yang sedang menghadap baginda raja untuk mendapatkan keadilan. Masalah yang dihadapkan oleh dua ibu itu sama, yakni berebut hak asuh atas seorang bayi.
Sebenarnya kasus mereka sudah ditangani hakim istana tetapi tidak menemukan jalan temu karena keduanya sama ingin memiliki penuh bayi itu.
Hanya rajalah yang dinilai mampu memberikan kebijaksanaan atas masalah yang pelik itu. Raja yang arif pun memberikan sebuah intruksi yang sangat mengejutkan.
Raja bertitah kalau lebih baik bayi itu dibagi menjadi dua bagian agar masing-masing mendapat bagian yang adil.
Mulanya ibu pertama setuju dengan keadilan tersebut, tapi ibu kedua tidak. Ibu kedua mengikhlaskan bayi itu untuk diasuh ibu pertama daripada harus menyaksikan bayi itu mati.
Raja mendapatkan keputusannya, ibu kedua berhak atas bayi itu. Karena ibu sejati tidak akan membiarkan bayinya mati.
Tiga pengembara lapar ini mengisahkan perjalanan tiga orang sekawan bernama Kendi, Buyung dan Awang. Merupakan tiga orang yang melakukan perjalanan pengembaraan ke sebuah hutan yang teramat jauh.
Ketika melakukan misi pengembaraan ini, masing-masing telah membawa banyak bekal berupa nasi dan lauk yang cukup.
Tetapi, alih-alih mencukupi kebutuhan makan sampai pengembaraan selesai, ketiga pengembara itu justeru kehabisan makanan di tengah perjalanan. Kendi yang sedari tadi menahan lapar yang teramat sangat pun tidak kuasa untuk mengeluh. Kendi berkata “ Kalau ada nasi sekendi maka akan dihabiskan nasi itu sendiri”.
Buyung menimpali “ Jangankan nasi sekendi, sepuluh ekor ayam panggang pun aku sanggup menghabiskan.”Awang yang bijaksana hanya menelan ludah melihat sesumbar dua temannya itu.
Benar saja, di dalam hikayat ini diceritakan hanya Awang yang berhasil melewati rintangan karena dia tidak jumawa dan sesumbar.
Terakhir, ada contoh teks hikayat singkat tentang sosok bernama Panji Semirang. Raja Daha memiliki dua orang putri cantik jelita yaitu Candra Kirana dan Galuh Ajeng.
Mereka lahir dari dua orang ibu yang berbeda, Candra Kirana lahir dari seorang permaisuri dan Galuh Ajeng dari seorang selir. Suatu hari, Candra Kirana dijodohkan dengan Panji, putra mahkota kerajaan Kediri.
Galuh Ajeng yang memiliki sifat dengki, lantas bersekongkol dengan ibunya untuk meracuni Canrda Kirana dan permaisuri. Namun, hanya permaisuri memakan makanan beracun sehingga dia meninggal.
Percobaan membunuhnya gagal, Galuh Ajeng lantas memfitnah Candra Kirana hingga Raja Daha mengusir sang kakak. Candra Kirana yang sakit hati pun akhirnya meninggalkan istana dan menyamar menjadi laki-laki bernama Panji Semirang.
Setelah Candra Kirana pergi, putra mahkota kerajaan Kediri datang untuk menikahinya. Namun, betapa terkejutnya Panji ketika tunangannya berubah menjadi Galuh Ajeng.
Kecewa dengan apa yang terjadi, Panji memutuskan untuk berkelana hingga ke Gegelang. Di sanalah ia kemudian bertemu kembali dengan Candra Kirana. Meski sempat tidak mengenali sang kekasih, pada akhirnya mereka dapat hidup bahagia bersama.
Contoh teks hikayat satu ini berkisah tentang seorang putra raja bernama Malim Dewa. Alkisah, ketika sang ayah pergi menunaikan ibadah haji, Malim naik menjadi raja untuk sementara. Ia bertunangan dengan tiga orang putri, hasil pencarian seekor burung nuri.
Mereka ialah Andam Dewi, Gondan Gentasari, dan Nilam Cahaya. Sebelumnya, seorang raja lain telah berusaha meminang Andan Dewi.
Ketika pinangan tersebut ditolak, sang raja membuat Andan Dewi sakit dengan ilmunya dan menghancurkan negaranya.
Dalam pelariannya bersama sang ibu, Andan Dewi bertemu dengan Malim Dewa yang kemudian mengawininya. Akibat perkawinan ini, raja tetangga membunuh Malim, tetapi ia dihidupkan kembali oleh Nilam Cahaya.
Kemudian, berkat kemenangannya dalam suatu peperangan ia mengawani Gondan Gentasari. Perkawinannya yang terakhir ialah dengan putri Nilam Cahaya, yang dilakukan di dalam kayangan.
Demikian contoh teks hikayat singkat. Semoga bermanfaat.