Lalu, gempa berkekuatan 7,7 SR berpusat di Laut Sulawesi pada 17 November 2008. Fenomena alam ini mengguncang Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Dampak dari gempa tersebut mengakibatkan empat orang meninggal.
Gempa juga terjadi saat masyarakat Sigi dan Parigimontong tengah berpuasa, tepatnya 18 Agustus 2012. Gempa berkekuatan 6,2 SR mengakibatkan delapan orang meninggal dan tiga kecamatan terisolir.
Terbaru, gempa berkekuatan 7,4 SR terjadi dalam radius 26 kilometer dari Donggala, Jumat (28/9/2018). Peristiwa ini memicu tsunami yang dikarenakan ada longsor sedimen di dasar laut. Hingga pukul 17.00 WIB, jumlah korban meninggal dunia mencapai 384 jiwa.
Sutopo mengatakan, Provinsi Sulawesi Tengah memang menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang rawan gempa, khususnya di Kota Palu dan Kabupaten Donggala.
“Kami menerima laporan, tsunami di Palu kemarin ternyata ada yang tingginya mencapai enam meter," ujar dia.
Wilayah Palu dan Donggala, kata Sutopo, dilewati oleh sesar patahan Palu-Koro yang setiap tahun bergeser atau bergerak 35 milimeter sampai dengan 45 milimeter, sehingga patahan Palu-Koro menjadi patahan dengan pergerakan terbesar kedua di Indonesia, setelah patahan Yapen, Kepulauan Yapen, Papua Barat, dengan pergerakan mencapai 46 milimeter per tahun.
“Patahan ini pernah menyebabkan gempa dengan magnitude 7,9 skala richter," ucap Sutopo.