JAKARTA, iNews.id - Sebanyak 18 jurnalis menjadi korban kekerasan saat meliput unjuk rasa penolakan Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law. Kondisi ini menjadi ancaman nyata bagi iklim kebebasan pers di Tanah Air.
Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Yadi Hendriana mengatakan, tindakan reprsif terhadap jurnalis yang sedang meliput menambah catatan buruk aparat.
"Kami mengutuk dan mengecam aksi kekerasan yang dilakukan oknum aparat kepada para jurnalis di berbagai daerah," kata Yadi dalam keterangannya, Minggu (11/10/2020).
IJTI juga mendesak Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz agar menyelidiki dan memeriksa anggotanya yang diduga terlibat dalam aksi kekerasan kepada para jurnalis.
Yadi juga meminta Dewan Pers dan Polri mengevaluasi pelaksanaan dan sosialisasi MoU kedua lembaga tersebut. Faktanya banyak polisi yang tidak paham tugas-tugas jurnalis yang dilindungi oleh UU.