Dia mengatakan, tahapan penghitungan yang paling menguras tenaga yakni ketika surat suara mulai dipindahkan dari TPS ke tingkat kecamatan. Di sini, stamina yang prima sangat dibutuhkan bagi setiap petugas penghitung suara.
“Karena plenonya kan dilakukan per desa. Kita tahu jumlah desa di setiap kecamatan sangat banyak, ditambah juga dengan jumlah partai yang hampir 16 sampai 20 parpol,” ucapnya.
Lebih lanjut dia menyarankan agar pihak Pemerintah bersama KPU untuk segera mengkaji pelaksanaan pemilu serentak ke pemilu berbasis teknologi. Dengan begitu, proses pencoblosan dan penghitungan suara bisa lebih cepat dan tidak memakan waktu dibandingkan dengan sistem manual seperti saat ini.
“Mungkin perlu ada jeda enam bulan antara pilpres dan pileg. Atau bisa saja kita mengubah sistemnya seperti negara tetangga Filipina dengan berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan) atau menggunakan finger scan,” tuturnya.
Sekadar informasi, jumlah total KPPS yang bertugas selama Pemilu 2019 sekitar 7,2 juta orang. Saat ini, sudah 225 orang meninggal dunia akibat kelelahan saat bertugas dan 1.470 jatuh sakit, dengan total korban 1.695 orang.