Begitulah keluargaku. Meski hanya hidup bertiga, kami selalu bahagia. Kata ibu, kami harus selalu akur dan saling memiliki. Seperti pedoman ibuku "makan tidak makan, yang penting kita kumpul".
Keluargaku adalah hal yang paling berharga di hidupku. Mereka adalah orang-orang yang membuat hidupku menjadi lengkap dan lebih berarti.
Meskipun ditukar dengan uang yang jumlahnya tak terhingga sampai jari-jari kaki dan tanganku tidak mampu menghitung totalnya, aku tetap tidak mau menukar mereka.
Alasannya tentu karena mereka tak tergantikan. Amat jauh lebih bernilai dari berlian di dasar laut dan emas di pucuk gunung bersalju.
Keluargaku terdiri dari ayah, ibu, adikku, dan aku sendiri. Ibu dan ayah hanyalah pedagang mie ayam. Mereka sangat menginspirasiku untuk menjadi seorang pekerja keras yang selalu giat dalam melakukan segala sesuatunya.