Ketiga, lanjut Prayitno melakukan pembenahan pada level pemilih.
Maksudnya, jika tingkat pemilih di Indonesia dari sisi pendidikan dan ekonomi masih di bawah 60 persen, jangan pernah berharap kualitas demokrasi Indonesia akan baik.
"Masyarakat dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang ke bawah ini sering dibohong dengan hal-hal yang bombastik dan tidak realistis," ujarnya.
Dia menjelaskan melihat data-data statistik BPS, ternyata angka-angka kemiskinan berasal dari kalangan masyarakat yang tingkat pendidikannya kurang dari 60 persen. Seperti lulusan SD, SMP dan SMA.
"Untuk itu, masyarakat kita harus diedukasi bahwa dukunglah calon itu alakadarnya karena calon itu sebatas perwakilan kita," pungkasnya.