Namun, proses pembahasan kebijakan tarif ini di pihak AS saat ini belum berjalan secara aktif karena masih fokus menyelesaikan isu anggaran besar (big budget) domestik mereka.
“Hari ini mereka (pemerintah AS) sedang sibuk urusan budget, big budget. Jadi itu sampai tanggal 4. Jadi mungkin sesudah itu baru masalah tarif ini bisa terbahas lagi,” ungkap Airlangga.
Sebelumnya, pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump telah mengancam akan memberlakukan tarif tinggi terhadap berbagai produk dari negara-negara yang dianggap memberikan perlakuan dagang tidak seimbang, termasuk negara-negara berkembang.
Adapun Indonesia termasuk dalam daftar negara yang berisiko terdampak tarif baru tersebut, meski belum diumumkan secara resmi.