Lebih lanjut, pada saat pelaksanaan Kongres V di Kendari, dia melihat suasana ketika itu tak ubahnya kongres para teroris. Panitia meminta polisi mengerahkan sebanyak 1300 personel. Bahkan, dia menyebut ada ratusan anggota Brimob kiriman dari Makassar.
“Saya enggak menyalahkan polisi, tapi ini agak berlebihan. Peserta kongres yang punya hak pilih itu 590, yang datang polisinya 1.300 (orang), seolah-olah satu orang diawasi dua polisi,” tutur dia.
Di samping itu, dia melihat jalannya Kongres V PAN tidak menunjukkan kelaziman. Menurut dia, di kongres itu tidak ada laporan pertanggungjawaban (LPJ) pengurus 2015-2020, bahkan juga tidak ada narasi mau ke mana arah partai lima tahun mendatang.
“Kemudian cuma ditutup, pembukaan tanggal 10 Februari malam, kemudian tanggal 11 sudah selesai. Yang penting sudah ganti pemilihan, ketok palu, kemudian formatur tunggal,” kata mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu.
Amien juga menyoroti peristiwa kericuhan yang terjadi saat berlangsungnya Kongres V PAN. Dalam insiden itu, 30 kader partainya mengalami luka ringan, dan enam lainnya luka berat. Dia mengaku tidak kuat menahan tetesan air mata untuk menceritakan kejadian itu. Amien juga menyebut 30 peserta PAN itu adalah pendukung dari Mulfachri-Hanafi. Oleh karenanya, dia meminta pertanggungjawaban atas peristiwa itu.
“Alhamdulillah, Bapak Kapolda Sultra sudah menyampaikan tiga pentolan penyusup huru-hara, semuanya bukan peserta PAN. Artinya apa? Siapa yang memasukkan? Jadi sekali lagi ini luar biasa,” ucapnya.
Hingga saat ini, iNews.id pun sudah mencoba mengonfirmasi pernyataan Amien Rais kepada sejumlah demisioner pengurus DPP PAN, tak terkecuali Ketua Umum terpilih Zulkifli Hasan. Akan tetapi, belum ada satu pun yang memberikan jawaban atas pernyataan Amien itu.