JAKARTA, iNews.id - Pemprov DKI Jakarta menggandeng Korps Brimob Polri dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam menurunkan angka stunting di Jakarta Utara. Sebab angka prevalensi stunting di Jakarta Utara masih 17 persen.
“Saya minta semua masyarakat yang mampu bisa ikut membantu, karena melahirkan harus sehat untuk generasi seterusnya,” ujar Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Berdasarkan data topografi dari Korps Brimob Polri, jumlah penduduk di wilayah Kalibaru, Jakarta Utara mencapai sekitar 21.090 keluarga. Sayangnya, sebanyak 6.526 keluarga masuk dalam kategori berisiko stunting dan 150 balita dinyatakan berisiko stunting. Upaya ini sebagai bentuk percepatan penurunan stunting nasional yang berada di angka prevalensi 21,6 persen pada 2022.
Korps Brimob Polri juga memberikan berbagai fasilitas layanan kesehatan untuk masyarakat Kalibaru yaitu pengobatan massal yang ditargetkan pada 500 orang masyarakat dan pemeriksaan Hemoglobin (Hb) bagi 100 calon ibu. Selain itu, terdapat layanan pemeriksaan gigi dan rongga mulut bagi lansia dan anak yang ditargetkan sebanyak 100 orang serta pemeriksaan kehamilan bagi 50 ibu hamil dan pengobatan umum dengan target 250 orang.
Heru mengajak seluruh pihak untuk saling bergotong royong dalam mencegah dan meminimalisasi adanya kenaikan angka stunting di tengah masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun seluruh warga. Dia berharap para ibu hamil dapat melahirkan anak yang sehat sebagai penerus generasi bangsa.
Sementara itu, Wakil Komandan Korps Brimob Polri Irjen Pol Setyo Boedi Moempoeni Harso menegaskan percepatan penurunan stunting menjadi program prioritas nasional sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang ditargetkan mencapai 14 persen di 2024. Untuk itu, Setyo Boedi meminta seluruh pihak bekerja sama dalam menjalankan program prioritas tersebut.
“Ibarat sebuah pertempuran, komitmen pemerintah saat ini adalah menempatkan stunting sebagai musuh utama yang harus dikalahkan karena stunting ini efeknya bukan hanya sekarang, tetapi jangka panjang seperti menghambat pertumbuhan syaraf, kognitif, motorik, bahasa, risiko obesitas, gangguan psikis, reproduksi, dan produktivitas,” tutur Setyo.