Budi menjelaskan kondisi cuaca yang relatif kering karena sebagian wilayah Provinsi Riau sudah mulai masuk musim kemarau ditambah semakin tingginya indeks NINO 3.4 yang mengindikasikan dimulainya fenomena El Nino menyebabkan potensi kemunculan titik panas (hotspot) yang menjadi asal muasal bencana kebakaran hutan dan lahan juga semakin meningkat.
Dari data sebaran titik panas yang tertangkap satelit NASA-MODIS yang dipublikasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam situs SIPONGI, pada bulan April 2023 lalu telah muncul setidaknya 130 titik panas dengan tingkat kepercayaan menengah hingga tinggi (di atas 50%) di Provinsi Riau.
“Sedangkan untuk bulan berjalan, hingga 16 Mei 2023, tidak kurang dari 80 titik panas telah terpantau di Provinsi Riau,” kata Budi.
Lebih lanjut, Budi mengatakan dari pantauan Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (SIPALAGA) yang dipublikasikan oleh BRGM, 17 dari 23 stasiun pemantauan tinggi muka air lahan gambut yang saat ini masih online menunjukkan status rawan.
“Artinya sebagian besar lahan gambut yang ada di Provinsi Riau sudah mengering dan ketinggian air dalam tanah sudah lebih rendah dari 40 cm di bawah permukaan tanah,” paparnya.