Senyawa ini juga bisa ditemukan dalam asap rokok atau hasil pembakaran plastik. Umumnya sianida berbentuk gas tidak berwarna, namun berbau khas seperti almond.
Gejala keracunan sianida muncul dalam waktu cepat. Namun, gejala tersebut berbeda-beda tergantung banyaknya sianida yang terhirup atau tertelan.
"Keracunan sianida juga bisa menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kemerahan. Hal ini karena oksigen terperangkap di dalam darah dan tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh," tulis Tim Promkes RSUP dr Soeradji Tirtonegoro.
Saat pasien dilarikan ke rumah sakit dengan gejala keracunan sianida, dokter terlebih dulu menanyakan keluhan yang dirasakan pasien hingga aktivitas dan makanan dan minuman yang terakhir dikonsumsi. Setelah itu, pemeriksaan fisik dilakukan.
Dokter bakal melakukan tes darah. Tujuannya mengukur kadar sianida, oksigen, laktat, karbon monoksida hingga methemoglobin dalam darah.
Masyarakat dapat memberikan pertolongan pertama kepada orang yang disinyalir keracunan sianida. Teknik resusitasi jantung paru bisa dilakukan pada orang tersebut.
Namun, tim medis melarang bantuan napas dari mulut ke mulut. Di samping itu, bantuan terbaik adalah dengan menghubungi petugas medis.
"Pasien yang dicurigai mengalami keracunan sianida akan langsung diberikan bantuan oksigen. Pada pasien dengan henti napas, akan dilakukan intubasi endotrakeal, yaitu memasukkan selang napas ke tenggorokan untuk melancarkan pernapasannya," tulis Tim Promkes RSUP dr Soeradji Tirtonegoro.