Artinya, konsumen kini lebih menyukai membeli buku via platform e-commerce seperti Tokped, Shopee, atau via media sosial dari para self-publisher. Sederhananya, saat ini toko buku hanya dijadikan sebagai display, sementara untuk membeli buku sebagian pembaca lebih memilih secara online.
Kalau toko buku akan kian berguguran, so bagaimana bentuk toko buku ke depan?
Dengan melihat perkembangan digitalisasi, perubahan perilaku konsumen, dan berbagai disrupsi yang menimpa toko buku, saya coba membuat prediksi terkait format toko buku ke depan.
Berikut lima format toko buku masa depan:
1. Book+Retail Store
Metamorfosis terdekat yang dilakukan toko buku adalah seperti yang dilakukan Gramedia saat ini, yaitu dengan menyulap toko buku, tak hanya menjual buku tapi juga stationary dan produk ritel yang lain.
Namun ini adalah solusi sementara, karena tak akan sustainable. Alhasil, space buku kian tergerus oleh produk ritel yang lebih fast moving dan high value.
2. Starbuck's-Like
Toko buku ke depan akan lebih menyerupai Starbucks ketimbang toko buku konvensional. Konsepnya gabungan dari bookstore + coffee shop + resto + workspace + event space + lifestyle centre. Barnes & Noble, jaringan toko buku terbesar di Amerika Serikat menyebutnya: retail-tainment.