"Cara-cara konvensional dengan menyampaikan semacam ceramah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu daerah ke daerah lain perlu dikaji efektivitasnya,” ucap Bamsoet.
Dia menuturkan, kelemahan masyarakat dalam merawat dan mentransformasikan ideologi kebangsaan adalah karena kurang mampu mengontekstualisasikan rumusan-rumusan ideal abstrak menjadi praktik-praktik kolektif kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. “Ini yang harus mampu dilakukan oleh Badan Sosialisasi MPR RI,” katanya.
Mantan ketua DPR itu menjelaskan, pelaksanaan sosialisasi 4 Pilar MPR harus memiliki resonansi ke seluruh penjuru Tanah Air. Ini artinya penggunaan media massa, khususnya televisi yang memiliki jangkauan luas, perlu menjadi perhatian.
Model sosialisasi seperti kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pirsawan) di masa lalu sangat efektif menjangkau masyarakat bawah. Program MPR Goes to Campus yang disertai dengan komedi tunggal alias stand up comedy, maupun program-program dialog di televisi dengan kemasan menarik, juga menjadi langkah alternatif yang bisa dilakukan.
“Pelaksanaan sosialisasi juga perlu menyasar seluruh kelompok umur, dari mulai taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Untuk itu, Badan Sosialisasi perlu menggali metode yang tepat dan efektif bagi kelompok-kelompok usia tersebut,” tuturnya.
“Materi Sosialisasi perlu dibuat beragam. Selama ini kita hanya memiliki satu jenis materi untuk semua kelompok sasaran. Ke depan, Badan Sosialisasi perlu menyusun materi yang berbeda, yang disesuaikan dengan kelompok sasaran. Membuat komik, film animasi, film berdurasi pendek tiga atau lima menit, lagu Empat Pilar, dan lain-lain sebagai materi sosialisasi perlu dipertimbangkan,” kata dia.