"Indonesia ditimpa banyak bencana yang menimbulkan ribuan korban jiwa. Di saat bersamaan, Pak Topo sakit kanker paru stadium 4b. Sakit kritis yang pasti menyakitkan, tapi terus menerus memberikan informasi bencana tanpa menyerah dan mengenal lelah. Ini sangat menginspirasi. Media internasional juga banyak memberitakanmu. Merujuk semua informasimu. Penjelasan yang kamu berikan cepat, akurat dan menenangkan banyak pihak," katanya menambahkan.
Richard menjelaskan, umumnya survivor kanker, apalagi sudah level kritis, lebih banyak di rumah atau di rumah sakit. Namun, Sutopo tetap melayani media dan publik.
"Saya follower twitter kamu. Sangat cepat sekali kamu memberikan informasi bencana. Di AS tidak secepat itu. Media sulit mendapatkan data dan informasi yang cepat saat ada bencana di Amerika. Twitter kamu juga ada sering memuat hal-hal yang lucu dan tentang kehidupan, kesehatan, dan lainnya. Kita orang Amerika banyak yang simpati, respek dan memberikan apresiasi apa yang Pak Topo lakukan. Itulah alasan saya datang ke sini," ujar Richard.
Sutopo tidak menyangka wawancaranya dimuat pada The Saturday Profile New York Times edisi Jumat (28/12/2018). "Biasanya yang dimuat di situ adalah tokoh atau orang yang kaliber supertop," kata Sutopo.
Dia mengaku, apa yang dilakukannya adalah hal yang biasa. Sebagai jubir BNPB, dia mengatakan, harus terus menerus memberikan informasi bencana kepada media.