JAKARTA, iNews.id - Angka pengangguran di Indonesia tercatat mencapai 7,28 juta orang, atau setara 4,76% dari total angkatan kerja. Data ini dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan menunjukkan peningkatan sekitar 83.000 orang dibandingkan Februari 2024.
Fakta mencemaskan lainnya, sebanyak 28% dari jumlah pengangguran adalah lulusan SMA hingga perguruan tinggi, dan menandakan adanya kesenjangan serius antara pendidikan menengah dan kebutuhan dunia kerja.
Sementara itu, badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terus menghantui masyarakat pekerja. Di Kabupaten Bogor saja, angka pengangguran mencapai 210.000 orang, menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu kantong pengangguran terbesar di Jawa Barat. Ini mencerminkan kondisi riil bahwa pasar kerja Indonesia belum mampu menyerap tenaga kerja secara optimal, terlebih bagi generasi usia produktif.
“Data ini mengindikasikan bahwa bonus demografi yang akan mendatang harapannya menjadi kekuatan ekonomi, jika kondisinya seperti ini terus bisa-bisa menjadi boomerang social jika tidak diiringi dengan kebijakan penciptaan lapangan kerja dan inovasi pendidikan” kata Wakil Ketua DPP Perindo Bidang Kepemudaan, Milenial, Zilenial dan Gen Alpha, Billy Nerry Gianluca Vialli.
Menurutnya, generasi milenial, zilenial, hingga gen alpha saat ini menghadapi tantangan ganda: minimnya lapangan kerja dan meningkatnya kompetisi global. Dalam situasi seperti ini, hanya generasi yang adaptif, inovatif dan memiliki literasi digital kuat yang mampu bertahan dan bersaing.