Menurut Daryono, gempa-gempa besar berkekuatan di atas 8 magnitudo itu biasa terjadi setelah gempa berulang. Dia menyebut sebelumnya akan terjadi gempa berkekuatan 3-5 Magnitudo di sebuah kawasan. Dan gempa-gempa yang berulang itu sebagai sebuah proses terjadinya rekahan gempa yang besar.
“Analoginya, kita mau mematahkan sebatang kayu atau bambu, sebelum ada patah betulan itu ada patah kecil-kecil. Setelah itu ada main shock atau gempa yang paling gede (besar),” ucapnya.
Dan sejauh ini, Daryono menegaskan belum melihat ada potensi gempa bumi yang sangat besar. Dia pun mencontohkan tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004 dan Jepang tahun 2011, ada gempa-gempa kecil yang sering terjadi di kawasan tersebut.
“Kalau kita lihat di Aceh tahun 2004, sebelum terjadinya gempa 9,1 dan 9,2 itu, tiga bulan sebelumnya bahkan dua tahun sebelumnya muncul terus menerus gempa berkekuatan 4, 5, 4, 5, 3, 4, terus begitu. Begitu juga yang terjadi Jepang 2011, gempa besar di Meksiko. Gempa-gempa besar di atas 8 lazim dibuka dengan gempa pembuka itu. Seperti patahan kayu itu,” tutur Daryono.