JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan naiknya emisi gas rumah kaca dapat berdampak pada fenomena perubahan iklim ekstrem. Ujungnya, fenomena ini dapat memicu krisis air bersih.
Dwikorita mengatakan krisis air menjadi ancaman serius sekaligus nyata dan harus jadi perhatian seluruh negara. Salah satu penyebab utama krisis air yakni terus meningkatnya emisi gas rumah kaca.
Hal itu berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara, mengakibatkan proses pemanasan global terus berlanjut, dan berdampak pada fenomena perubahan iklim yang dapat memicu krisis air, krisis pangan dan bahkan krisis energi, serta meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi,” tutur Dwikorita dikutip Senin (16/10/2023).
Dalam acara 2nd Stakeholders Consultation Meeting, the 10th World Water Forum (WWF) atau forum air dunia di Bali, Dwikorita menyampaikan bumi lebih hangat dibandingkan suhu 1 abad lalu
"World Meteorological Organization (WMO) pada tahun 2022 merilis data bahwa suhu bumi lebih hangat 1,15 derajat Celsius dibandingkan dengan rata-rata suhu udara permukaan pada masa praindustri atau sekitar tahun 1850 sampai 1900," ujar Dwikorta yang juga merupakan anggota Dewan Eksekutif WMO.
Tidak semua negara di dunia memiliki akses terhadap air bersih. Oleh karena hal tersebut, Dwikorita mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan pemerataan sumber daya air bersih yang berkeadilan.
"Dampak dari variabilitas dan perubahan iklim sering kali dirasakan melalui air. Dinamika siklus air dan interaksinya dengan manusia menghasilkan pola ketersediaan sumber daya air yang bervariasi secara spasial dan temporal. Dampak ekstrem terkait krisis air akan sangat mempengaruhi kehidupan, perkembangan, dan keberlanjutan ekosistem," ujar Dwikorita.
Sampai dengan September 2023, data menunjukkan tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah dunia.
"Musim kemarau yang berkepanjangan akan menjadi tantangan dalam pemenuhan kebutuhan air. Tantangan yang dihadapi seperti tidak meratanya akses distribusi air bersih, infrastruktur pengeloaan, dan esktrasi air berlebihan yang menyebabkan penuruan muka air tanah. Semua hal tersebut merupakan tantang dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan terhadap ketersediaan air," ucap Dwikorita.