JAKARTA, iNews.id - Suasana terik umumnya disebabkan oleh suhu udara yang tinggi dan disertai oleh kelembapan udara rendah. Terutama terjadi pada kondisi langit cerah dan kurangnya awan, sehingga pancaran sinar matahari langsung lebih banyak diteruskan ke permukaan bumi.
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan, berkurangnya tutupan awan terutama di wilayah Indonesia bagian selatan pada bulan ini disebabkan wilayah ini tengah berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau.
"Sebagaimana diprediksikan BMKG sebelumnya, seiring dengan pergerakan semu matahari dari posisi di atas katulistiwa menuju belahan bumi utara. Transisi musim itu ditandai oleh mulai berhembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia) terutama di wilayah bagian selatan Indonesia," ujar Herizal di Jakarta, Rabu (22/4/2020).
Dia menuturkan, angin mosun Australia bersifat kering kurang membawa uap air sehingga menghambat pertumbuhan awan. Kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi dan cenderung berkurang kelembapannya tersebut menyebabkan suasana terik yang dirasakan masyarakat.
"Sesuai prediksi BMKG sebelumnya, Maret hingga April menunjukkan suhu terus menghangat, hampir di sebagian besar tempat di Indonesia. Pemantauan oleh BMKG pada April ini teridentifikasi banyak daerah mengalami suhu maksimum 34° hingga 36°C, bahkan yang tertinggi tercatat mencapai 37,3°C pada 10 April 2020 di Karangkates, Malang," ucapnya.