“Reaksi zat yang terkandung dalam pembalut itu menyebabkan penyalahguna menjadi pusing, yang dia anggap nge-fly. Padahal pusing karena keracunan. Tetapi kami belum memastikan apakah semua pembalut mengandung chlorine,” ujar dia.
Mufti menuturkan, para remaja yang meminum air rebusan pembalut ini seperti tidak memikirkan risiko kesehatan, namun mereka lebih mementingkan sugesti yang terpuaskan.
“Para penyalahguna dan pecandu itu hanya sugesti yang dicari. Karena sudah kehabisan barang, tidak mampu beli lagi, dia coba-coba lah, yang penting bisa ada sensasinya. Saya pikir eneg, pusing, dia kira enak,” tutur Mufti.
Kepala Deputi Pemberantasan Irjen Pol Arman Depari mengatakan, hasil uji laboratorium dari lima sampai tujuh sampel air rebusan pembalut tidak ditemukan kandungan narkotika atau psikotropika.
“Kita lakukan dengan mengambil beberapa sampel dari merek atau brand pembalut wanita, kurang lebih ada lima atau tujuh yang kita sampling. Hasilnya memang tidak ada kandungan narkotika, psikotropika atau zat-zat lain, berupa psiko aktif, baik tunggal maupun senyawa atau substensinya,” ujar Arman.